Cari Blog Ini

Minggu, 24 Maret 2019

Cara Kultur Kutir (Moina sp.) Mudah Dan Murah!

| Minggu, 24 Maret 2019
Halo Sobat Aqua Ama, kali ini mau bahas cara kultur kutir (kutu air) Moina macrocopa (Daphnia Moina sp). Apa itu Moina macrocopa? zooplankton yang memiliki ukuran dan kadar protein yang mirip dengan nauplii Artemia.


Apakah Daphnia Moina dan Daphnia Magna sama?
Tidak, yang membedakan mereka adalah ukurannya. Moina kira-kira setengah dari panjang anakan  Daphnia Magna. Moina dewasa (700-1.000 μm) lebih panjang dari artemia yang baru menetas (500 μm) dan sekitar dua hingga tiga kali panjang rotifera dewasa.

Moina dapat ditemukan di seluruh perairan air tawar seperti danau, rawa, waduk dan kolam. Suhu perairan ideal bagi pertumbuhan moina berkisar 24-30oC dengan pH 6,5-7,5. Sama dengan daphnia, moina juga bisa berkembang biak secara aseksual dan seksual. Siklus hidup moina jauh lebih pendek yaitu sekitar 13 hari. Dengan kemampuan bereproduksi sekitar 32 ekor per hari.

Bagaimana Cara Budidaya / Kultur Kutu Air ini?
Siapkan alat dan bahan:
1. Starter Moina (dalam bentuk ephipa/telur).
2.  Pupuk pilih salah satu saja:
     - Organik (Kotoran Ayam 2kg/m2).
     - Anorganik (Urea dan TSP), Chlorella sp. dan EM4 Perikanan.
3. Pakan Moina: Dedak, protein tepung kedelai atau tepung ikan.

Cara:

  1. Keringkan terlebih dahulu dasar kolam dengan dijemur selama 2-3 hari. Kemudian lakukan pengapuran dengan dosis 1-2 kg/m2.
  2. Kemudian tambahkan pupuk untuk menumbuhkan pakan plankton sebagai makanan moina nanti. Jenisnya bisa pupuk kandang, seperti kotoran ayam sebanyak 2 kg/m2. Biarkan selama 3-5 hari. Sama halnya juga jika mengunakan Urea + TSP + EM4 + Chlorella sp.
  3. Genangi kolam dengan air bersih sedalam 30 cm dan diamkan lagi selama 2-4 hari. Air kolam akan berubah menjadi cokelat kehijauan. Warna tersebut merupakan pertanda plankton dan tumbuhan renik lainnya telah berkembang dalam kolam. Penuhi kolam dengan air hingga ketinggian 50-60 cm.
  4. Kolam siap ditebari dengan bibit moina yang telah ditetaskan atau yang berasal dari alam. Dalam satu minggu akan terlihat warna kemerahan di permukaan kolam. Hal ini menandakan kutu air telah berkembang.
  5. Perkembangbiakan kutu air akan mencapai puncaknya setelah 7-11 hari. Panen dilakukan dengan mengambil kutu air dengan jaring halus.
  6. Cuci kutu air dengan air bersih sebelum diberikan pada ikan.
Meneliti Kualitas & Kuantitas Ephipia (Telur) Moina

1. Mengkaji kualitas dan kuantitas pakan terhadap pertumbuhan populasi, efisiensi pakan dan status gizi serta produksi anak jantan dan ephipia Moina;

2. Mengkaji kepadatan induk budidaya Moina untuk menghasilkan anak jantan dan betina yang menghasilkan ephipia;
3. Mengkaji peningkatan produksi anak jantan dan ephipia menggunakan kombinasi beberapa faktor induksi, yaitu kuantitas pakan, kepadatan, “kairomon” feses ikan mas dan oksigen terlarut;
4. Mengkaji peningkatan kualitas dan kuantitas ephipia Moina dengan penambahan sumber asam lemak n-3 di pakan. 

Penelitian terdiri atas tiga tahap penelitian: 
1. Evaluasi pemanfaatan suspensi dedak dan ketela pohon pada populasi produksi anak jantan dan ephipia Moina macrocopa.

2.a. Kepadatan induk Moina untuk menghasilkan anak jantan dan betina yang menghasilkan ephipia.
2.b. Peningkatan produksi anak jantan dan ephipia Moina melalui kombinasi kepadatan induk, konsentrasi pakan, feses ikan mas dan oksigen terlarut.

3. Peningkatan nilai derajat penetasan ephipia Moina melalui penambahan sumber asam lemak n-3 di pakan.

Budidaya Moina menggunakan pakan suspensi dedak dengan kandungan protein 11,16 % dan lemak 10,62 % menghasilkan populasi, produksi anak per induk, persentase dewasa dan biomasa yang lebih tinggi dibanding menggunakan pakan supensi ketela pohon. Moina yang dibudidaya dengan pakan suspensi dedak, memiliki konversi pakan yang lebih rendah, total RNA, total DNA dan nisbah RNA/DNA, serta konsentrasi protein dan asam amino yang lebih tinggi dibandingkan moina dengan pakan suspensi ketela pohon. 

Budidaya Moina menggunakan pakan suspensi dedak dapat anak jantan dan ephipia, sedangkan budidaya Moina menggunakan pakan suspensi ketela pohon tidak menghasilkan anak jantan dan ephipia. Dari penelitian ini didapatkam konsentrasi pakan suspensi dedak untuk menghasilkan produksi anak jantan (504 ind/L) dan konsentrasi pakan suspensi dedak untuk menghasilkan ephipia. Kedua konsentrasi tersebut selanjutnya digunakan untuk menentukan kepadatan induk optimal untuk produksi ephipia dan anak jantan yang lebih tinggi.

Budidaya Moina dengan kepadatan induk 660 ind/L menghasilkan produksi anak jantan dan ephipia yang tinggi. Budidaya Moina dengan kepadatan induk 660ind/L menggunakan pakan yang tinggi (induksi ephipia) menghasilkan total produksi ephipia (3052 ±199 butir/L) yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan pakan yang lebih rendah (induksi ephipia) (663±5 butir/L). Produksi anak jantan yang rendah (48±6 ind/L) dan nisbah jantan betina yang rendah (<1,00%), menyebabkan produksi ephipia berisi dua telur yang rendah, sebesar 14,22± 2,08%, sebaliknya budidaya Moina dengan konsentrasi suspensi dedak yang rendah dengan total produksi anak jantan yang tinggi (116±9 ind/L) dan nisbah jantan betina yang tinggi (±4,00%) menghasilkan produksi ephipia berisi dua telur yang tinggi (78,29±2,41%). 

Faktor induksi kepadatan induk dan konsentrasi pakan selanjutnya akan dikombinasikan dengan faktor induksi lain yaitu “kairomon feses ikan mas dan kelarutan oksigen untuk meningkatkan produksi anak jantan dan ephipia Moina. 

Budidaya Moina dengan kepadatan induk 660 ind/L menggunakan aerasi dan pakan suspensi dedak yang dikombinasikan dengan feses ikan mas (kairomon) konsentrasi induksi ephipia, menghasilkan produksi total ephipia yang lebih tinggi (6069±453 butir/L). Produksi anak jantan meningkat sebanyak 253±26 ind/L pada budidaya Moina dengan kepadatan induk 660 ind/L menggunakan pakan suspensi dedak konsentrasi induksi anak jantan dengan tanpa penambahan aerasi.

Peningkatan produksi anak jantan meningkatkan produksi ephipia berisi dua telur, tetapi tidak
 mempengaruhi derajat penetasan ephipia (6,5-18%). Peningkatan kualitas dan kuantitas ephipia Moina dapat dilakukan dengan peningkatan asam lemak n-3 suspensi dedak melalui substitusi dengan sumber pakan yang kaya asam lemak n-3 (tepung ikan).

Subtitusi suspensi dedak dengan suspensi tepung ikan sebesar 30% dan 40% dalam perkawinan Moina menghasilkan produksi ephipia dengan derajat penetasan yang tinggi. Subtitusi suspensi dedak dengan suspensi tepung ikan sebesar 30%, meningkatkan konsentrasi asam lemak n-3 pada telur ephipia, diduga menjadi salah satu sebab meningkatnya derajat penetasan ephipia hingga sebesarr 55,7-55,9%.

Subtitusi suspensi dedak dengan suspensi tepung ikan sebesar 30% dan 45% dalam perkawinan Moina menghasilkan produksi ephipia dengan derajat penetasan yang tinggi. Subtitusi suspensi dedak dengan suspensi tepung ikan sebesar 30%, meningkatkan konsentrasi asam lemak n-3 pada telur ephipia, diduga menjadi salah satu sebab meningkatnya derajat penetasan ephipia hingga sebesarr 55,7-55,9%.

Sumber: 

Related Posts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar